By: Siti Maharani Salsabilla
(A1B218074)
https://www.kompasiana.com/bellasalsabillaa
1. A poem about parents
November dalam Balutan Rindu
Kala senja menderai di bulan November, sekian tahun yang lalu
Di sela kantuk menjelang malam
Aku mendengarkan ceritamu, ibu..
Cerita tentang sepatu Cinderella yang dicuri sang pangeran
Cerita selendang bidadari yang dicuri anak perkampungan di tempat pemadian
Lalu, tembang manis mengalun lembut dari bibir mungilmu
(Nina Bobok, Nina Bobok, Kalau Tidak Bobok, Digigit Nyamuk)
Dan kecupan lembut penuh kasih mendarat di keningku
Aku terlelap di pangkuanmu..
Suatu hari ketika langit bersih..
Cerita-ceritamu ku tulis kembali dalam sajak
Awan-awan putih pun tersenyum manis
Menyanyikan tembang cinta dalam rindu yang menderukan
Angin keperbatasan kota kelahiran kita
Lalu menyapa daun-daun akasia
Yang tumbuh di sudut taman rumah kita
Tempat di mana ibu selalu menanti orang-orang tercinta
Pulang membawakan oleh-oleh pelipur lara
Ibu..
Saat ini putri kecilmu telah menjelma menjadi gadis dewasa
Dari kejauhan perantauan
Putrimu terduduk sendiri merindukan peluk hangatmu
Doamu selalu menyertaiku di setiap langkah lemahku
Semoga kepulanganku nanti
Dapat membawa sebongkah kebahagiaan untukmu
Ibu..
Salam rinduku untukmu..
2. A poem about education
Sajak Untuk Guru
Wahai guru...
Ketika namamu tertulis dalam kalimat nan agung
“Guru, Pembangun Insan Cendekia”
Ku pahat relif asa pada monumen kekaguman
Ingin sepertimu
Mencerdaskan anak negeri
Membangun bangsa dan negara
Dalam bakti sepanjang masa
Hari ini, bulan November 2020
Berjuta kami muridmu, mengagumi hadirmu
Kharismamu bersinar
Bagai mentari pagi menyinari bumi
Menyapa bulir-bulir embun yang bergelayut pada daun
Membangunkan sejuta asa yang terlelap dalam mimpi
Guru..
Kebesaran cintamu adalah denyut semangat kami
Mewarnai mimpi-mimpi dilelapnya malam
Merajut asa ke pelukan bintang
Merenda cita menggapai rembulan
Guru..
Kini, kami murid-muridmu
Sedang berkayuh mengharungi samudra
Meniti buih dan gelombang
Dalam gerimis riak laut
Demi sebuah perjuangan masa depan
Hari ini,bulan November 2020
Ku nyanyikan lagu ini untukmu guru
Dalam rindu yg mengharu biru padamu
(Terpujilah wahai engkau
ibu bapak guru
namamu akan selalu hidup
dalam sanubariku
Semua baktimu
akan kuukir di dalam hatiku
sebagai prasasti
terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
engkau patriot pahlawan bangsa…
tanpa tanda jasa)
Salam rindu untukmu guru-guru tercinta
Dalam doa yang tak pernah henti
Untukmu guru, salam cinta anak negeri..
3. A poem about religion
Suatu Malam dalam Sebuah Senandika pada Tuhan
Ya Allah..
Izinkan ku buka lembaran tahun ini dengan ridho-Mu
Agar ku mampu menelusuri garis takdir ini dalam Bismillah
Walau kerikil dan jalan berbatuan menyapa setiap pijakku
Ingin ku lewati dalam senandung bersama asma-Mu
Ya Allah..
Izinkan ku kubur catatan lusuh tahun lalu
Di tengah rerimbunan rimba sunyi
Agar ku mampu mengusung catatan putih
Dalam percakapan malam yang beku
Sebab catatan ini lusuh dan kumuh
Ternoda keangkuhan peradaban zaman
Ya Allah..
Biarkan ku basuh jelaga dosa ini
Dengan embun suci yang engkau turunkan di malam buta
Agar ku tulis setiap asaku di atas sajadah-Mu
Di keheningan pekatnya malam
Dalam rindu pada-Mu yang tak terpadamkan
Ya Allah..
Izinkan gelapnya malam ku tembus bersama cahaya-Mu
Agar dingin yang memagut, sepi yang berselimut
Tak lagi mengunci percakapan malam
Dalam kantuk yang menidurkan
Walau lolongan panjang srigala malam
Menyapih dan mencabik kengerian
Menggiring tarian semu dalam senadung
Biarkan peradaban subuh mengantarkan
Suluh rindu keabadian cintaku pada-Mu
4. A poem about nature
Cr: Google |
Kota Kenangan
Ku tiba di kotamu ketika langit bersih
Cahaya mentari yang bertelau-telau di
balik pohon bambu
Mengabarkan hangatnya kerinduan dalam
nyanyian daun bambu
Karena semilir
Tak banyak yang berubah
Walau rasa telah lama usai
Sekian tahun hanyalah rentangan panjang
Bersama cerita-cerita indah tentang keelokan kotamu
Angin yang berembus sepoi
Bunga-bunga yang mekar mewangi
Jalan setapak pada penurunan
Menuju saung-saung bambu ditepi danau
mungil
Masih seperti dulu
Dan ketika senja berlabuh
Gerimis merenyai menjemput kelam
Cerita tentangmu mengatup
Menggiring irama langkah menuju perbatasan
Dalam gigil kotamu
Cahaya malam telah menampakkan separuh
wajahnya
Kerinduan itu pun ku lipat kembali
Ku titip pada desir semilir di ayunan daun-daun bambu
5. A poem about love
Ruhku dan
Ruhmu dalam Nyanyian Potong
Bebek Angsa
Saat kita bertemu,
Lingkaran ruhmu mengitariku
Mengusung sukmaku di bawah bayang-bayang luka
Lalu malaikat-malaikat cinta menyanyikan kidung rindu
Mengusik relung-relung yang nyaris mati
Berbagai cerita pun bergulir dalam alur
yang tak terbendung
Menyemarakan kedukaan dalam tarian bidadari-bidadari
kecil
Di bawah tatapan sinar rembulan
Kau coba
pelajari bahasa ruhku
Tuk menyingkap segala rahasia di balik hati
Ruhmu menyusup di aliran darahku
Ruhmu berputar mengikuti denyut jantungku
Berdetak dalam irama detak nafasku
Tapi..
Cahaya rembulan yang bertelau-telau di balik daun cemara
Mempertegas ketidakberdayaan ruhmu
Ruhmu...ruhku...akhirnya
bercumbu dalam nyanyian potong bebek angsa
Haha…mereka berjingkrak-jingkrak sambil melantunkan
nyanyian masa kecil kita
(potong bebek angsa, masak di kuali
Nona minta dansa, dansa empat kali
sorong ke kiri, sorong
ke kanan
Tralala…lala…lala.. )
Cemara pun
menderai
Dan.. Bibir rembulan kian pucat
Akhirnya ku lepaskan tatapan ruhmu dalam rinai gerimis
Kau sesali ruhku yang tak lagi mengerti syair cinta
sang pujangga
No comments:
Post a Comment